Pernahkah kalian dengar bahwa
generasi muda adalah aset bangsa yang paling berharga? Lalu apakah semua pemuda
merupakan aset bangsa? Adakah standar kualitas yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan berharga?
Generasi muda memegang peranan
penting dalam suatu bangsa. Semua pemuda merupakan aset bangsa. Oleh karnanya,
setiap gerak, setiap tingkah, dan setiap perilaku pemuda akan menjadi poin
untuk bangsa. Bukan hanya ketika berkelompok saja, interaksi setiap individu
itu sendiri juga menjadi poin penting untuk bangsa. Yang akan menentukan apakah
bangsa ini dikatakan berkualitas atau tidak.
Sering kali masyarakat kita
menciptakan standar penilaian mereka sendiri. Sehingga para generasi muda
sebagai pelaku harus mencapai standar yang masyarakat mau, agar dapat dikatakan
berhasil. Sering pula patokan umur dijadikan dasar dalam menilai seseorang,
sekolah formal juga dijadikan pijakan apakah dia berkompeten atau tidak.
Pada dasarnya, tiap individu
memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Tidak bisa kita samakan standar
penilaian antara individu satu dengan yang lain. Dengan adanya standarisasi ini
akan menjadikan anak tidak percaya diri dengan kemampuannya, dan tidak
menemukan jati diri mereka sepenuhnya.
Panji Pragiwaksono pernah berkata "Jahatnya pendidikan di Indonesia
adalah ketika setiap anak tidak bisa yakin bahwa dia berbeda dengan orang
lain".
Ki Hajar Dewantara juga pernah
bilang bahwa "Padi tidak akan pernah
bisa menjadi jagung, padi sebagai padi dan jagung sebagai jagung".
Bahkan Einstein pernah berkata "Setiap anak adalah jenius, tapi kalau
kamu nilai seekor ikan dari cara dia memanjat pohon, ikan itu akan merasa bodoh
seumur hidupnya".
Statement masyarakat yang menjadi
tombak bagi bangsa adalah orang dikatakan
sukses ketika mereka sudah meraih gelar yang tinggi (sarjana, PNS, akmil,
dsb). Padahal dalam realita masih banyak orang dengan gelar tinggi yang menjadi
pengangguran dan masih bingung akan hidupnya. Salah satu faktornya adalah
mereka memilih jalan sebelum mengenal potensi dalam diri, dan mereka bingung
akan tujuan kedepan. Kebanyakan dari mereka memilih mengikuti alur, mengalir
saja seperti air, dan pasrah akan takdir. Padahal ketika kita perhatikan sebuah
air yang mengalir, pasti air tersebut mengalir dari tempat tinggi menuju tempat
yang lebih rendah, tidak bisa sebaliknya. Beda lagi ketika air itu merubah
wujudnya menjadi uap, air tersebut akan bisa menuju puncak yang tinggi. Sama
halnya dengan kita, ketika kita hanya ingin mengikuti jalannya waktu tanpa ada
upaya berubah, kita akan tetap stuck dalam kondisi itu, tidak ada perkembangan.
Oleh karnanya, planning hidup itu juga penting, agar kita memiliki pandangan
dan tujuan untuk kedepannya.
Dasar persoalan bangsa ini
terletak pada mindset terhadap sesuatu. Adanya statement-statement yang
melemahkan mental, menjadikan generasi muda tidak bisa mengembangkan potensi
diri sepenuhnya. Dengan kata lain, generasi muda belum bisa berkarya secara
maksimal, sehingga bangsa ini tidak mendapatkan karya yang sepenuhnya dari para
generasi muda. Karya tidak harus besar, karya yang dianggap sepele kadang malah
akan menjadi poin penting bagi bangsa. Apresiasi sebuah karya juga perlu,
sekecil apapun karya tersebut.
Dalam teori Adler dikatakan bahwa
"Yang penting bukanlah dengan apa
seseorang dilahirkan, namun bagaimana dia memanfaatkannya".
Tidak terlalu penting seberapa
tinggi gelar kamu, karna yang utama adalah bagaimana kamu bisa berkarya dan
berinovasi untuk bangsa.
Hargai potensi diri tanpa harus
menyamakan standar kita dengan orang lain.
Hargai karya dan inovasi, meskipun
itu dalam hal kecil.
Kediri,
27 Juni 2022
Zulfa
Mufidatul

Komentar
Posting Komentar