Langsung ke konten utama

Kembali Normal, Haruskah beradaptasi kembali?

 


Perubahan yang terjadi sejak adanya pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020 merupakan hal yang mudah dan susah untuk diterima setiap orang, karena mereka memiliki daya interaksi yang berbeda-beda. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada lingkungan sosial dan pola kehidupan. Misalnya memakai masker, dulu banyak orang yang sering lupa untuk memakai masker ketika akan pergi ke suatu tempat dan bingung ketika masker mulai habis. Kedua, yaitu saat social distancing, sehingga menyebabkan kita tidak bisa bermain, bercanda, berbicara dengan teman secara langsung, dan harus berinteraksi secara online (virtual) serta tidak boleh berjabat tangan kepada sesama. Namun, sekarang banyak orang yang sudah terbiasa dengan hal tersebut, bahkan ada yang merasa nyaman karena sudah bisa beradaptasi dan menerima situasi seperti itu.

Dari hal tersebut, beradaptasi dengan keadaan merupakan hal yang harus dibiasakan dan harus dilakukan. Apalagi pada saat ini, banyak aktifitas yang mulai dilakukan secara offline sehingga harus beradaptasi kembali. Banyak orang yang siap, belum siap, bahkan tidak siap untuk beradaptasi kembali sehingga mengakibatkan kecemasan, kebingungan, sedih, dan depresi. Manusia memang harus bisa mengontrol dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, serta harus belajar menerima ketika hidup tidak sesuai dengan kemauan kita, karena hidup itu dengan yang lainnya juga. Jadi, manusia harus bertahan meskipun banyak perubahan yang terjadi.

Seringkali yang membuat diri sendiri tidak nyaman dengan keadaan baru adalah hal yang tidak bisa kita kontrol yaitu pengaruh dari luar. Karena kita tidak bisa merubah keadaan, maka persiapan yang harus kita lakukan pada masa normal seperti ini adalah fokus pada apa yang bisa kita kendalikan, yaitu bersifat terbuka, ceria, rasa ingin tahu, berani, dan menerima keadaan yang telah terjadi, serta kita harus memiliki tujuan. Ketika kita mencoba fokus dengan apa yang bisa dikendalikan, maka kita merasa tenang meskipun belum maksimal. Misalnya, kalau ada tugas yang banyak, dikejar deadline organisasi, kita harus mencoba beristirahat sebentar, sehingga dengan hal tersebut kita bisa merasa rilex, dan lebih tenang. Selain beristirahat, kita juga bisa melakukan hobi, dengan melakukan hal yang kita suka, itu bisa membuat diri bahagia.

Persiapan yang bisa kita lakukan untuk beradaptasi kembali ke sekolah, kembali ke kantor, kembali ke sosial kehidupan yang mulai normal seperti ini adalah dimulai dari diri sendiri. Dengan cara mencari solusi atau cara beradaptasi di lingkungan sosial, merubah diri menjadi lebih baik, menentukan prioritas, dan fokus ke dalam hal yang bisa kita kendalikan.

Untuk yang mulai beradaptasi, semangat dan temukan kebahagiaanmu, serta jangan takut untuk beranjak maju!

Emilia Zurista Permata Sari

 

Kamis, 28 Juli 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indonesia Rumah Kita

 "Indonesia Rumah Kita" Karya:  Vicky Auwalinda      Indonesia bukan hanya sebuah nama di peta dunia. Ia adalah denyut nadi yang mengalir dalam tubuh kita, udara yang kita hirup setiap hari, dan tanah yang menjadi tempat berpijak serta beristirahat. Indonesia adalah rumah, tempat kita lahir, tumbuh, belajar, dan bercita-cita. Rumah ini mungkin tidak selalu sempurna. Ada saat-saat ia goyah, diterpa badai perpecahan, bahkan retak oleh ego dan kesalahpahaman. Namun, bukankah rumah sejati adalah tempat di mana kita belajar memperbaiki, bukan meninggalkan? Indonesia adalah rumah yang tidak boleh kita abaikan, karena di sinilah akar dan masa depan kita tertanam.         Di rumah bernama Indonesia, kita menemukan beragam bahasa, budaya, adat, dan agama. Semua itu ibarat perabotan yang berbeda bentuk, warna, dan fungsi, tetapi justru membuat rumah semakin indah dan lengkap. Kita tidak perlu sama untuk bisa bersatu, cukup saling memahami bahwa perbeda...

BERPUISI DENGAN DENDAM

 "BERPUISI DENGAN DENDAM" Karya :Farisna Amalia K Puisi ini bermula pada keheningan malam Saat udara dingin mendekap tubuh lalu terdiam. Hingga, Terbentang sebuah pemikiran mendalam Akan kenangan-kenangan kelam yang di genggam Menyelimuti tubuh dengan tajam, kejam, dan menikam. Mata terpejam tak bergerak Menyempurnakan ribuan potongan kecil di benak Yang terus-menerus mendobrak, bergejolak,  dan memberontak tanpa ampun menyerbu hingga meledak, dan menyeruak. Bibirku kelu untuk mengungkapkan, Hanya perasaan yang mampu untuk mendefinisikan. Ingin ku ulang, Namun, semua hanya angan yang tertahan di pikiran. Sampai pada akhirnya aku disadarkan oleh kenyataan, Semua yang berakhir tak akan pernah terulang, Semua hanya tinggal serpihan yang terkenang, Meninggalkan jejak yang menyesakkan.

Abadi

 Abadi   By : Indy Deciavani Marifatus S Tentang sosok yg tiba tiba datang, menetap, lalu pergi. Aku tidak tau harus memulai cerita ini darimana. Mungkin dari pertama kali kita bertemu ya? kita sebut aja "my first love". Awal perkenalan kita memang singkat. Jujur saja, aku jatuh cinta padamu karna rambutmu yg sangat lucu itu. Entah kenapa setiap kamu berlari, rambut mu bisa seperti "twing - twing" hehe... itulah yg membuat aku tertarik padamu. Aku pikir perasaan ini ngga akan lama, tetapi aku salah.  Semakin hari aku melihatmu, aku semakin jatuh cinta padamu, hingga aku berasumsi bahwa kamu adalah milikku. Tibalah hari dimana pertama kali aku bisa bermain denganmu, hari dimana aku pertama kali merasakan dibonceng sama kamu. Jujur disitu rasanya campur aduk antara senang tetapi juga deg deg an, karna aku belum pernah merasakan hal sekecil ini yg bisa buat aku bahagia, terlebih dari orang yg aku sayang. Dari situ lah kita menjadi semakin dekat, dan tibalah di hari ...