Langsung ke konten utama

Diam Bukan Berarti Tak Berarti

 "Diam Bukan Berarti Tak Berarti"


Karya: Ana Chabibatul Firdausyah

Di suatu sore yang teduh, seorang gadis bernama chacha duduk termenung di bawah pohon besar dekat rumahnya. Ia merasa lelah dan kecewa setelah beberapa kali mengalami kegagalan saat mengikuti lomba video kreatif dan konten digital. Meski sudah berusaha sebaik mungkin, hasilnya selalu saja belum memuaskan. Perlahan, rasa minder mulai menghampiri, ditambah dengan omongan orang-orang di sekitarnya yang kerap memberikan prasangka buruk padanya. Chacha ingat betul sebuah kutipan yang pernah ia baca, “Bahkan berdiam diri saja masih tidak selamat dari prasangka buruk manusia.” Ia tersenyum getir, karena merasa apa pun yang ia lakukan selalu saja ada komentar negatif. Bahkan saat memilih diam pun, tetap saja dianggap salah.

Di tengah kegundahannya, chacha memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Di sana, ia menemukan sebuah catatan kecil yang dulu pernah ia tulis saat sedang termotivasi. Tertulis jelas di sana, “Batas kesabaran seseorang bukan lagi emosi, tetapi diam dan mulai tidak peduli.” Kalimat itu menyadarkannya bahwa selama ini ia terlalu memikirkan pandangan orang lain, padahal yang terpenting adalah bagaimana dirinya sendiri berusaha dan terus belajar. chacha memutuskan untuk tidak peduli lagi dengan prasangka buruk yang dilontarkan kepadanya. Ia mulai bangkit, kembali belajar membuat konten, memperbaiki gaya editing, dan meningkatkan kualitas video yang ia buat.

Beberapa bulan berlalu, chacha akhirnya berhasil menjadi seorang konten kreator yang karyanya disukai banyak orang. Video-video motivasi dan tutorial sederhana yang ia unggah di media sosial mendapat respons positif dan banyak bermanfaat bagi orang lain. Chacha pun sadar, bukan karena dia harus membuktikan sesuatu pada orang lain, tetapi karena ia ingin menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Dari pengalaman itu, chacha belajar bahwa keberhasilan bukan soal seberapa banyak orang menganggapmu hebat, tetapi tentang seberapa kuat kamu bertahan dan tetap melangkah di tengah prasangka dan keraguan orang lain.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indonesia Rumah Kita

 "Indonesia Rumah Kita" Karya:  Vicky Auwalinda      Indonesia bukan hanya sebuah nama di peta dunia. Ia adalah denyut nadi yang mengalir dalam tubuh kita, udara yang kita hirup setiap hari, dan tanah yang menjadi tempat berpijak serta beristirahat. Indonesia adalah rumah, tempat kita lahir, tumbuh, belajar, dan bercita-cita. Rumah ini mungkin tidak selalu sempurna. Ada saat-saat ia goyah, diterpa badai perpecahan, bahkan retak oleh ego dan kesalahpahaman. Namun, bukankah rumah sejati adalah tempat di mana kita belajar memperbaiki, bukan meninggalkan? Indonesia adalah rumah yang tidak boleh kita abaikan, karena di sinilah akar dan masa depan kita tertanam.         Di rumah bernama Indonesia, kita menemukan beragam bahasa, budaya, adat, dan agama. Semua itu ibarat perabotan yang berbeda bentuk, warna, dan fungsi, tetapi justru membuat rumah semakin indah dan lengkap. Kita tidak perlu sama untuk bisa bersatu, cukup saling memahami bahwa perbeda...

BERPUISI DENGAN DENDAM

 "BERPUISI DENGAN DENDAM" Karya :Farisna Amalia K Puisi ini bermula pada keheningan malam Saat udara dingin mendekap tubuh lalu terdiam. Hingga, Terbentang sebuah pemikiran mendalam Akan kenangan-kenangan kelam yang di genggam Menyelimuti tubuh dengan tajam, kejam, dan menikam. Mata terpejam tak bergerak Menyempurnakan ribuan potongan kecil di benak Yang terus-menerus mendobrak, bergejolak,  dan memberontak tanpa ampun menyerbu hingga meledak, dan menyeruak. Bibirku kelu untuk mengungkapkan, Hanya perasaan yang mampu untuk mendefinisikan. Ingin ku ulang, Namun, semua hanya angan yang tertahan di pikiran. Sampai pada akhirnya aku disadarkan oleh kenyataan, Semua yang berakhir tak akan pernah terulang, Semua hanya tinggal serpihan yang terkenang, Meninggalkan jejak yang menyesakkan.

Abadi

 Abadi   By : Indy Deciavani Marifatus S Tentang sosok yg tiba tiba datang, menetap, lalu pergi. Aku tidak tau harus memulai cerita ini darimana. Mungkin dari pertama kali kita bertemu ya? kita sebut aja "my first love". Awal perkenalan kita memang singkat. Jujur saja, aku jatuh cinta padamu karna rambutmu yg sangat lucu itu. Entah kenapa setiap kamu berlari, rambut mu bisa seperti "twing - twing" hehe... itulah yg membuat aku tertarik padamu. Aku pikir perasaan ini ngga akan lama, tetapi aku salah.  Semakin hari aku melihatmu, aku semakin jatuh cinta padamu, hingga aku berasumsi bahwa kamu adalah milikku. Tibalah hari dimana pertama kali aku bisa bermain denganmu, hari dimana aku pertama kali merasakan dibonceng sama kamu. Jujur disitu rasanya campur aduk antara senang tetapi juga deg deg an, karna aku belum pernah merasakan hal sekecil ini yg bisa buat aku bahagia, terlebih dari orang yg aku sayang. Dari situ lah kita menjadi semakin dekat, dan tibalah di hari ...